MANAJEMEN RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT) DAN RANTAI NILAI (VALUE CHAINS) BAGI KELOMPOK TANI DAN UMKM

Training Syllabus:
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT) DAN RANTAI NILAI (VALUE CHAINS) BAGI KELOMPOK TANI DAN UMKM

PENDAHULUAN
Merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut menjadi barang dalam proses dan barang jadi, dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan ini meliputi fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan-kegiatan lainnya yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor. Supply Chain (Rantai Pasokan) merupakan suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dengan tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Supply chain juga dapat dikatakan sebagai logistics network, dengan pemain utama adalah :
1. suppliers.
2. Manufacturer
3. Distribution
4. retail outlets
5. customers

Jadi, Supply Chains (Rantai Pasok) adalah sistem organisasi orang, teknologi, aktifitas, informasi, dan sumber daya yang terlibat di dalam proses penyampaian produk/jasa dari pemasok ke konsumen. Aktifitas-aktifitas dalam rantai pasok mengubah sumber daya alam, bahan baku, dan komponen-komponen dasar menjadi produk-produk jadi yang akan disalurkan ke konsumen akhir. Value Chains (Rantai nilai) adalah konsep yang berasal dari ilmu manajemen bisnis, dikembangkan dan dipopulerkan pertama kali oleh Michael Porter dalam bukunya “Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance”. Porter mendefinisikan “nilai” sebagai besarnya uang yang bersedia dibayar konsumen untuk apa yang diberikan perusahaan. Dengan begitu, secara sederhana rantai nilai adalah kombinasi serangkaian aktifitas perusahaan yang bertujuan untuk memberikan “NILAI” bagi konsumen.

• “NILAI” adalah pengalaman subjektif yang tergantung pada konteks. Bagi pelayan restoran, segelas air di atas meja tidak bernilai, bahkan mungkin bernilai negatif karena berarti menambah pekerjaan membersihkan. Tapi bagi orang yang hampir mati kehausan, segelas air yang sama sangat besar nilainya.
• “Nilai” tercipta saat kebutuhan dipenuhi melalui penyediaan produk, sumber daya, atau layanan, biasanya disertai transaksi atau pertukaran.
• “Nilai” adalah sebuah pengalaman, dan nilai berasal dari seseorang yang menerima produk (konsumen).

Value Chains (Rantai nilai) telah mengubah cara pandang proses bisnis dari
berbasis sumber daya menjadi berbasis kebutuhan dan keinginan pasar. Dengan demikian, prinsip penting dalam proses bisnis adalah “memahami nilai dari perspektif konsumen”. Dari prinsip ini muncul dua pertanyaan mendasar yang harus dijawab saat menyusun strategi bisnis:
1. Siapa konsumen kita?
2. Apa yang bernilai bagi mereka?
Dua pertanyaan ini memang sederhana, namun implikasinya sangat besar terhadap berlangsungnya proses bisnis dan cara kita memandang rantai. Jadi, Supply Chains (Rantai Pasok) MULAI DARI HULU KE HILIR, sedangkan Value Chains (Rantai nilai) DARI HILIR KE HULU.
Dua pertanyaan ini memang sederhana, namun implikasinya sangat besar terhadap berlangsungnya proses bisnis dan cara produsen (Kelompok Tani dan UMKM) memandang rantai. Jika produsen (Kelompok Tani dan UMKM) hanya fokus pada rantai di depan dan di belakang produsen (Kelompok Tani dan UMKM), pendekatan yang diambil hanya bersifat “reaktif” terhadap kebutuhan. Namun jika produsen (Kelompok Tani dan UMKM) memfokuskan diri ke rantai-rantai yang lebih jauh ke belakang atau ke depan, produsen (Kelompok Tani dan UMKM) bisa meningkatkan kecepatan reaksi produsen (Kelompok Tani dan UMKM) dan menjadi “proaktif”. Jadi, untuk membantu pemasok para Kelompok Tani dan UMKM lebih cepat memenuhi kebutuhannya, para Kelompok Tani dan UMKM perlu mengenal pemasoknya pemasoknya dan memperkenalkan konsumennya ke pemasoknya. Sebagai produsen, untuk membantu para Kelompok Tani dan UMKM mengambil keputusan, para Kelompok Tani dan UMKM harus tahu apa yang diperbuat pelanggannya pelanggan para Kelompok Tani dan UMKM terhadap produknya. Inilah inti dari rantai nilai, masing-masing rantai harus tahu apa yang diperbuat pada produk mereka di sepanjang rantai di depannya agar bisa menciptakan atau menambah nilai produk tersebut. Saat produk sudah mampu diberi nilai tambah, keuntungan usaha pasti mengikuti dengan sendirinya.

Problem pada PETANI dan KELOMPOK TANI (komoditas pertanian) juga UMKM belum melakukan Pengembangan Supply Chains Management (Manajemen Rantai Pasok) dan Value Chains Management (Manajemen Rantai Nilai).

TUJUAN PELATIHAN
1. Pelaku usaha Kelompok Tani dan UMKM mampu mengurangi inventory barang. mengembangkan cara untuk menekan penimbunan barang di gudang agar biaya dapat diminimalkan.
2. Pelaku usaha Kelompok Tani dan UMKM mampu Menjamin kelancaran penyediaan barang. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal (pabrik pembuat), supplier, perusahaan sendiri, whosaler,retailer, sampai kepada konsumen akhir.
3. Pelaku usaha Kelompok Tani dan UMKM mampu Menjamin mutu. Mutu barang jadi ditentukan tidak hanya oleh proses produksinya, tetapi ditentukan oleh mutu bahan mentahnya dan mutu dalam kualitas pengirimannya.
4. Pelaku usaha Kelompok Tani dan UMKM mengurangi jumlah supplier Bertujuan untuk mengurangi ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi, dan pelacakan (tracking).
5. Pelaku usaha Kelompok Tani dan UMKM mampu mengembangkan supplier partnership atau strategic alliance. Dengan mengadakan kerjasama dengan supplier (supplier partnership) dan juga mengembangkan strategic alliance dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam supply chain.

OUTPUT
1. Peserta Pelatihan mampu mengidentifikasi Rantai Pasoknya selama ini.
2. Peserta Pelatihan mampu menganalisasi kekurangan dari Rantai Pasoknya selama ini dan tahu apa yang harus diperbaikinya agar lebih efisien dan efektif.
3. Peserta pelatihan mampu menciptakan atau menambah nilai produk tersebut. Saat produk sudah mampu diberi nilai tambah, keuntungan usaha pasti mengikuti dengan sendirinya.

METODE PELATIHAN
Eksperiential Learning dengan Latihan, Simulasi, Diskusi Kelompok, Praktik
Teknis membuat Manajemen Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Nilai.

VENUE : Yogyakarta (Ibis Styles Hotel/ Ibis Malioboro Hotel/ Jambuluwuk Hotel/ Cavinton Hotel/ Grand Zuri Hotel, dll)

TRAINING DURATION : 2 days

TRAINING TIME :

Januari 2024Februari 2024Maret 2024April 2024
3 – 4 Januari 20245 – 6 Februari 20244 – 5 Maret 20241 – 2 April 2024
8 – 9 Januari 202412 – 13 Februari 202412 – 13 Maret 202422 – 23 April 2024
15 – 16 Januari 202419 – 20 Februari 202418 – 19 Maret 202429 – 30 April 2024
22 – 23 Januari 202426 – 27 Februari 202425 – 26 Maret 2024
29 – 30 Januari 2024
Mei 2024Juni 2024Juli 2024Agustus 2024
6 – 7 Mei 20243 – 4 Juni 20241 – 2 Juli 20245 – 6 Agustus 2024
13 – 14 Mei 202410 – 11 Juni 20248 – 9 Juli 202412 – 13 Agustus 2024
20 – 21 Mei 202419 – 20 Juni 202415 – 16 Juli 202419 – 20 Agustus 2024
27 – 28 Mei 202424 – 25 Juni 202422 – 23 Juli 202426 – 27 Agustus 2024
29 – 30 Juli 2024
September 2024Oktober 2024November 2024Desember 2024
2 – 3 September 20241 – 2 Oktober 20244 – 5 November 20242 – 3 Desember 2024
9 – 10 September 20247 – 8 Oktober 202411 – 12 November 20249 – 10 Desember 2024
16 – 17 September 202414 – 15 Oktober 202418 – 19 November 202416 – 17 Desember 2024
23 – 24 September 202421 – 22 Oktober 202425 – 26 November 202423 – 24 Desember 2024
28 – 29 Oktober 202430 – 31 Desember 2024

INVESTMENT PRICE/PERSON :
1. Rp. 4.500.000/person (full fare) or
2. Rp. 4.250.000/person (early bird, payment 1 week before training) or
3. Rp. 3.950.000/person (if there are 3 persons or more from the same company)

FACILITIES FOR PARTICIPANTS:
1. Training Module
2. Flash Disk contains training material
3. Certificate
4. Stationeries: NoteBook and Ballpoint
5. T-Shirt
6. Backpack
7. Training Photo
8. Training room with Full AC facilities and multimedia
9. Lunch and twice coffeebreak every day of training
10. Qualified Instructor